Melihat anak aktif dan lincah saat bermain merupakan pemandangan yang menyenangkan. Namun, bila si kecil tak berhati-hati, keseruannya itu dapat berujung hal menyedihkan, seperti terjatuh hingga membuat giginya patah.
Menurut sebuah penelitian, trauma gigi pada anak-anak paling sering terjadi antara usia 1-3 tahun. Pada usia tersebut, anak mempunyai kebebasan serta ruang gerak yang cukup luas, sementara koordinasi dan penilaiannya tentang keadaan belum cukup baik, sehingga sering terjatuh dari tempat tidur, dan lainnya. Frekuensi trauma cenderung meningkat saat anak mulai merangkak, berdiri, belajar berjalan, dan biasanya berkaitan dengan masih kurangnya koordinasi motorik, Moms.
Penelitian lain menyebutkan bahwa salah satu periode rawan fraktur adalah pada saat usia 2-5 tahun, karena pada usia ini anak belajar berjalan dan berlari. Anak laki-laki lebih banyak mengalami trauma gigi dibandingkan dengan anak perempuan, biasanya mengenai 1 atau 2 gigi depan atas.
Di Dharmawangsa Dental Studio, Jakarta Selatan, misalnya. Pasien anak dengan trauma gigi yang sering datang, mengalami cedera pada satu atau lebih dari dua gigi sulung maupun gigi tetap. Menurut drg. Milka Sambo, Sp. KGA., perawatan yang dilakukan harus berdasarkan pada diagnosa yang tepat dan keberhasilannya sangat tergantung pada penanganan awal di lokasi anak terjatuh, baru pada upaya yang akan dilakukan oleh dokter gigi anak.
Agar tidak keliru, di bawah ini merupakan sejumlah langkah penanganan yang tepat saat anak mengalami patah gigi. Upaya ini penting, karena ikut menentukan proses penyembuhan trauma gigi serta jaringan di sekitar bagian yang cedera.
Penanganan Awal Trauma Gigi pada Anak
1. Periksa keadaan si kecil
Hal pertama yang mesti dilakukan pada saat anak jatuh adalah memeriksa keadaanya. Kalau kemudian terlihat bagian rongga mulutnya luka dan ada gigi yang patah, segera ambil patahan gigi tersebut dan masukkan ke dalam segelas susu. Jangan mencuci gigi di air keran, ya! Hal ini supaya gigi tetap dalam kondisi baik, sehingga dapat dikembalikan fungsinya semula.
2. Segera bawa anak ke Dokter Gigi
Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang sangat penting. Karena itu, segeralah bawa anak ke dokter gigi. Nantinya, si kecil akan diperiksa oleh dokter dalam posisi tidur dengan pandangan ke atas. Posisi ini memungkinkan dokter gigi melihat kedua rahang anak secara baik, sehingga upaya pemeriksaan pun bisa berjalan optimal, Moms.
3. Berikan informasi lengkap dan sesuai kepada dokter gigi
Selepas dilakukan pemeriksaan awal, nantinya dokter gigi akan melakukan anamnesis secara lengkap dengan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan riwayat terjadinya trauma gigi.
Penanganan Lanjutan Trauma Gigi pada Anak
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan segera dan berhati-hati. Jika terjadi fraktur gigi, perlu diperhatikan ada tidaknya pulpa (gusi) yang terbuka, perubahan warna, maupun kegoyangan. Seringkali, pemeriksaan tambahan berupa radiografi sangat diperlukan untuk menunjukkan fraktur pada gigi yang terkena trauma.
2. Imunisasi tetanus
Hal yang tak kalah penting dalam penanganan lanjutan adalah pencegahan tetanus pada anak yang mengalami trauma. Dokter akan memastikan anak sudah mendapatkan imunisasi tetanus. Selain itu, Dokter juga akan memastikan luka dibersihkan dengan sebaik-baiknya, serta menghilangkan benda asing dan jaringan nekrotik atau sel mati.
Dengan menerapkan pertolongan pertama yang tepat, risiko yang tidak diharapkan pada anak yang mengalami trauma gigi bisa dikurangi. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter gigi di Dharmawangsa Dental Studio dan terapkan langkah ini sebagai antisipasi terbaik untuk kesehatan rahang Anda.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Kumparan